Kamis, 11 September 2008

APAKAH RENCANA STRATEGIS ALKITABIAH?

Anda menyadari kalau organisasi/gereja Anda harus memikirkan ulang strategi yang diterapkan. Anda menyadari bahwa tidak ada pemikiran nyata mengenai bagaimana menuntaskan pekerjaan yang telah Tuhan bebankan pada gereja/organisasi Anda. Anda melihat gereja/organisasi Anda, dan sepertinya tidak ada kemajuan. Tidak ada rencana atau strategi dalam apa yang Anda lakukan. Namun, Anda bertanya-tanya apakah perencanaan yang strategis itu alkitabiah. Pertama, Anda bergumul dengan hal itu dalam pikiran Anda. Kemudian, Anda menyadari bahwa beberapa orang yang termasuk dalam jajaran kepemimpinan gereja atau organisasi Anda menanyakan hal yang sama.APAKAH ADA DASAR ALKITABIAH BAGI PERENCANAAN STRATEGIS? Apakah kita memiliki fondasi alkitabiah bagi konsep perencanaan yang strategis, atau apakah perencanaan strategis itu adalah sesuatu yang kita adopsi dari dunia bisnis yang sekuler? Apakah Tuhan menghargai proses perencanaan strategis? Dengan prinsip dan teladan, firman Tuhan mengemukakan perencanaan strategis sebagai salah satu cara Ia bekerja dalam dan melalui umat-Nya. Ya, perencanaan strategis ada di dalam Injil.
MUSA Kita dapat melihat dengan jelas dalam Injil bahwa Musa adalah seseorang yang strategis -- atau setidaknya ia belajar menjadi seseorang yang strategis. Musa berjuang sebagai pemimpin setelah ia memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Ayah mertuanya, Yitro, datang menemuinya setelah mendengar perkara besar yang Tuhan lakukan. Yitro melihat bahwa Musa dipenuhi dengan beban kepemimpinan dan memberikan rencana pemberian Tuhan -- sebuah strategi -- untuk menghadapi masalah yang dialaminya. Yitro mengajar Musa bagaimana menetapkan rencana strategis dengan mendelegasikan tugas sehingga ia tidak menanggung beban seorang diri. Hasilnya, tenaga manusia yang ada saat itu digunakan dengan lebih efektif dan tujuannya tercapai. Musa juga berpikir strategis saat dia mengirim mata-mata ke tanah Kanaan.
YOSUA Yosua, anak didik Musa, juga menampilkan kepemimpinan yang strategis. Dalam Yosua 6, Tuhan memberi Yosua sedikit pelajaran tentang pemikiran yang strategis. Yosua akan membawa bangsa Israel ke Tanah Perjanjian, mereka menghadapi musuh pertama di Tanah Perjanjian itu. Mereka menghadapi yang namanya tembok Yerikho. Tuhan memberi Yosua sebuah strategi. Ia bisa saja turun dari surga dan memorak-porandakan kota Yerikho, namun Tuhan memilih untuk bekerja melalui sebuah strategi yang melibatkan umat-Nya. Tuhan terus bekerja melalui anak-anak-Nya sampai sekarang.
NEHEMIA Nehemia adalah seorang pemimpin yang ditunjuk Allah yang menggunakan strategi dalam memimpin. Saat Tuhan memberinya tugas kepemimpinan untuk membangun kembali tembok Yerusalem, Nehemia mulai menetapkan dan kemudian bekerja melalui strategi yang direncanakan dengan baik untuk mencapai visi yang Tuhan berikan. Ia menilai kerusakannya. Ia mengamankan sumber-sumber yang ada. Ia memilih pemimpin-pemimpin dan memberi mereka tugas. Semua orang yang pernah membuat sebuah bangunan, dari sebuah rumah anjing sampai rumah tiga kamar, akan mengakui pemikiran strategis Nehemia -- membangun terlebih dulu tembok kota Yerusalem.
DAUD Sejak kecil, Daud adalah seorang pemikir yang strategis. Ia tidak mengalahkan Goliat dengan kekuatannya atau kehebatan senjata yang dimilikinya. Dia mengalahkan Goliat dengan menggunakan strategi yang diberikan Tuhan kepada-Nya yang menunjukkan kelemahan lawannya. Kemudian, sebagai pemimpin pasukan, Daud menggunakan strategi dalam berperang. Daud memerlukan orang-orang yang dapat memikirkan dan merencanakan segala sesuatu dengan strategis, dan Tuhan memberikannya bani Isakhar (1 Taw. 12:32).YESUS Perjanjian Lama dipenuhi dengan teladan-teladan pemimpin yang menetapkan rencana strategis dan melaksanakannya. Bagaimana dengan Perjanjian Baru? Kita dapat melihat Yesus sebagai teladan yang luar biasa dalam hal penerapan strategi. Ia memulai misi-Nya dengan memilih murid-murid, mengembangkan mereka, kemudian mengirim mereka "sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8). Strateginya meliputi beberapa pengajaran di hadapan publik dan mukjizat. Akhirnya, strategi-Nya membawanya sampai kepada salib, kubur, dan kebangkitan. Yesus Kristus mengerti benar rencana untuk menebus semua manusia jauh sebelum Ia meninggalkan surga untuk kemudian menjalankan rencana-Nya tersebut.
PAULUS Rasul Paulus, pemain kunci yang mendirikan gereja mula-mula, memiliki strategi. Jelas sekali jika kita baca perjalanan pelayanannya, Paulus memilih kota-kota penting untuk mendirikan pangkalan pelayanannya. Ia memilih kota-kota di mana kemungkinan ia dapat memberi dampak besar kepada sebanyak mungkin orang. Efesus, misalnya, adalah pintu gerbang menuju Asia kecil.
TUNTASKAN TUJUAN ALLAH MELALUI RENCANA STRATEGIS Amsal 19:21 mengatakan, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." Tujuan Allah adalah bagian dalam rencana strategis untuk gereja atau organisasi Anda yang sangat berbeda dari model rencana strategis sekuler. Kita harus mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan sebagai langkah awal perencanaan yang strategis. Tidak ada kompromi, rencana Tuhanlah yang kita inginkan, bukan rencana kita sendiri. Tuhan jelas mengharapkan kita untuk memiliki rencana. Ia telah memberi kita sejumlah prinsip dan sejumlah teladan luar biasa yang jelas. Ia menegaskan untuk kita tidak percaya pada rencana dan strategi kita sendiri dan mengabaikan tuntunan Roh Kudus. Setelah kita berusaha menetapkan hati dan pikiran kita dalam tuntunan Tuhan, kita dapat merencanakan sebuah strategi yang menyenangkan-Nya dan sebuah strategi yang akan membawa pada sebuah keberhasilan. Perencanaan yang strategis bukan hanya sebuah konsep alkitabiah, ini adalah mandat alkitabiah. Ini adalah cara kerja pilihan Tuhan untuk menetapkan bagaimana Anda dan gereja atau organisasi Anda melaksanakan Amanat Agung. Jangan sampai kita stagnan. Berusahalah untuk mengerti kehendak Tuhan dan mengetahui bagaimana Anda akan dapat menuntaskan misi yang Anda pegang. Kitab Amsal memiliki sejumlah prinsip praktis yang jelas berkenaan dengan strategi dan perencanaan. 1. Amsal 14:15, "Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya." 2. Amsal 15:22, "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." 3. Amsal 16:3, "Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." 4. Amsal 16:9, "Hati manusia yang memikirkan jalan-jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya." 5. Amsal 20:18, "Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat.
STRATEGI DAN PEMIMPIN STRATEGIS YANG ALKITABIAH Strategi adalah sebuah elemen yang dikembangkan dengan baik dalam dunia bisnis dan militer. Strategi militer menunjuk pada keputusan tingkat tinggi berkenaan dengan tujuan dan pendekatan yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi bisnis berkenaan dengan pilihan-pilihan yang ditetapkan dalam hubungannya dengan penempatan posisi perusahaan di pasar yang akan menampilkan spesialisasinya kepada para pesaingnya. Banyak pemimpin Kristen mungkin merasa tidak nyaman dalam menerapkan kedua definisi strategi itu secara langsung. Dalam Kristen, kami memilih menyebutnya sebagai "pilihan-pilihan visi", penetapan pilihan tingkat tinggi oleh pemimpin atau tim kepemimpinan untuk mencapai visi yang mereka yakini telah ditetapkan oleh Tuhan kepada mereka sebelumnya. Kemudian masalahnya apakah strategi itu alkitabiah, berikut adalah beberapa petunjuknya.

1. Pemikir strategis memiliki peran penting. Bani Isakhar dalam 1 Taw. 12:32 memiliki peran penting dalam pasukan Daud sebagai orang-orang yang "memahami kapan dan apa yang bangsa Israel harus lakukan". Isakhar hanya terdiri dari 200 orang dari total pasukan yang berjumlah 336.000 orang, namun sekelompok orang itu memiliki peran penting. Prajurit yang lainnya digambarkan sebagai "pejuang yang pemberani", "siap perang", "berpengalaman", atau "bersenjata lengkap", namun jelas bahwa bani Asakhar memiliki pengetahuan dan wahyu sebagai kekuatan mereka.

2. Pemimpin alkitabiah yang berjalan menurut kehendak Tuhan diberikan strategi yang jelas tentang bagaimana mereka harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak strategi tersebut memerlukan pilihan-pilihan yang di luar kebiasaan. Gideon diperintah oleh Tuhan untuk membatasi jumlah pasukannya dan berusaha membuat musuhnya panik dan lari menyerah, dan hasilnya hal itu mengurangi jumlah korban dalam pasukannya. Yosua diberi instruksi yang tepat tentang bagaimana ia harus mengambil alih kota Yerikho. Paulus memilih menaati Yesus dan disidang di hadapan kaisar di Roma, saat sebenarnya dia bisa saja bebas.

3. Bagi pemimpin Kristen, doa tidak hanya memberi kita perspektif yang dari Tuhan mengenai apa seharusnya visi yang kita emban, namun juga mengenai bagaimana kita harus mencapainya: keputusan dan pilihan-pilihan (strategi) diperlukan untuk mencapainya. Lukas mencatat Yesus memberikan Amanat Agung bagi para rasul dalam Kisah Para Rasul 1:8, mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan menjadi saksi-Nya di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Dalam hal ini, strategi dinyatakan secara tersirat -- para murid terpencar-pencar dari Yerusalem karena aniaya, dan kemudian dituntun oleh Tuhan tahap demi tahap (Kis. 8:26; 13:4). Bagi Yunus, strategi jelas dinyatakan, dan Yunus merasa gundah karena akan dipakai Tuhan sehingga ia menghindari-Nya; akibatnya tentu Anda sudah tahu. Untuk direnungkan: Renungkan bagaimana Allah memimpin Yusuf, Nuh, Musa, Abraham, Elia, Petrus, dan Paulus. Pikirkan keseimbangan dari keseluruhan tuntunan yang diberikan secara bertahap. Pemimpin Kristen harus percaya kepada Tuhan saat mereka berjalan menuju visi, namun juga harus berani membuat pilihan-pilihan di luar kebiasaan saat mereka menyadari bahwa Tuhan memimpin mereka. Karena Tuhanlah yang berkuasa: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yer. 29:11)

4. Namun, itu bukan berarti pemimpin Kristen tidak membuat analisis strategis terhadap suatu situasi. Lukas mencatat Yesus mengajarkan, "Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" (Luk. 14:28) 5. Alkitab memberi kita prinsip-prinsip untuk menentukan strategi. Kita mungkin tidak diberi panduan yang spesifik tentang bagaimana kita dapat mencapai visi; kita mungkin tidak menerima panduan ini pada tingkat strategis atau taktis. Namun demikian, seperti halnya Yesus mengajar para murid-Nya untuk berpikir dan bertindak menurut prinsip firman-Nya, kita juga perlu mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip firman dan penerapannya bagi misi dan pelayanan di organisasi kita. Daniel ditinggikan pada era Nebukadnezar karena pengenalannya akan Tuhan, dan mengabdi pada Darius sebagai salah satu dari tiga administrator. Daniel 6:3 mengindikasikan bahwa Daniel memiliki kualifikasi khusus sebagai administrator. Berikut adalah beberapa karakteristik pemimpin Kristen yang berpikir secara strategis:

1. Pemimpin strategis memiliki penglihatan ke dalam dimensi rohani tentang apa manfaatnya bagi Kerajaan Surga jika visi organisasi mereka tercapai -- bahwa pencapaian visi itu bukanlah akhir, namun lebih merupakan kontribusi bagi Kerajaan Allah yang akan datang, yakni suatu saat di mana kuasa Allah berkuasa atas dunia.

2. Pemimpin strategis mampu menggambarkan sejumlah kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi di masa depan dalam pengembangan organisasi. Layaknya pecatur yang andal, dikatakan bahwa Napoleon mampu membayangkan apa yang mungkin terjadi, kemudian mengubah strategi. Pemimpin Kristen perlu mengubah strategi jika hal itu memang diperlukan.

3. Pemimpin strategis itu pragmatis. Strategi yang dikembangkan akan berujung pada taktik yang perlu diterapkan. Oleh karena itu, strategi harus didasarkan pada penaksiran realistis terhadap lingkungan di mana organisasinya berada dan sumber-sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan. Nehemia memiliki visi luar biasa, yaitu membangun kembali tembok Yerusalem, dan juga cukup pragmatis untuk membuat keputusan taktis yang mencegah musuhnya menghalanginya mencapai visinya.

4. Pemimpin strategis benar-benar memahami penempatan waktu (timing) -- memiliki kesabaran untuk menunggu sampai waktunya tepat dan berani untuk bertindak secara meyakinkan. Mereka dan organisasi mereka waspada dan siap memanfaatkan kesempatan yang ada.

5. Pemimpin strategis yang melakukan sesuatu yang berorientasi pada masa depan akan bekerja lebih strategis. Mereka memakai waktu untuk mengembangkan para pengikutnya dan kemampuan organisasi di masa depan, serta mengatur kebutuhan organisasi pada masa sekarang. Yusuf sebagai Perdana Menteri Mesir memastikan bahwa perbekalan yang cukup, diadakan untuk masa kelaparan yang akan terjadi.

6. Pemimpin strategis bersedia bekerja bersama orang lain untuk mencapai hasil yang lebih banyak dan efektif. Jika perlu, mereka juga bersedia menunjukkan kebutuhan organisasi untuk diakui dalam rangka memajukan organisasi mereka. Penerapan strategi dalam kepemimpinan adalah alkitabiah. Bahkan, Yesus dan para pemimpin yang ada di Alkitab pun juga memakai strategi untuk mencapai visi mereka. Kiranya teladan mereka serta beberapa ciri pemimpin Kristen yang strategis dapat membantu kita semua untuk mampu berpikir secara strategis, yang berdasar pada prinsip-prinsip ajaran-Nya untuk mencapai visi kepemimpinan kita.

Tidak ada komentar: