Studi tentang kesembuhan ilahi berasal dari suatu keyakinan ganda. Yaitu:
1. Perintah Tuhan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat tidak dapat dipisahkan dari perintah untuk memberitakan Injil (Markus 16:15-18).
2. Bahwa iman untuk melaksanakan perintah-perintah Kristus membutuhkan dasar yang teguh diatas Firman Allah.
Iman bagi kesembuhan ini terutama perlu dimiliki oleh orang-orang yang melakukan pelayanan kesembuhan. Meskipun demikian, sebelum kita dapat menggunakan iman, kita perlu mengetahui apa yang Alkitab ajarkan. Kita tidak dapat melakukannya berdasarkan prasangka kita saja karena iman membutuhkan bukti. Sedangkan satu-satunya bukti yang Allah berikan untuk menciptakan iman adalah Firman-Nya. Untuk itulah kita harus memahaminya.
Firman menimbulkan iman (Roma 10:17). Dalam menggunakan Firman Allah sebagai dasar iman, kita harus menyimpan dua kebenaran yang sangat penting dalam pikiran kita.
Pertama, Allah tidak pernah berubah (Maleakhi 3:6; Ibrani 13:8).
Kedua, karena Allah tidak pernah berubah, maka Firman-Nya tidak pernah berubah (Mazmur 89:35; 119:89).
A. Asal penyakit
Pada umumnya penyebab penyakit pada manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa sebab utama, yaitu:
1. Gangguan/serangan roh jahat
Penyakit jasmani maupun kejiwaan dapat berasal dari roh jahat. Seperti, wanita yang menjadi bungkuk punggungnya karena dirasuk roh, anak penderita epilepsi, orang bisu yang dapat berkata-kata kembali setelah satu roh diusir keluar (Ayub 2:7; Lukas 13:11-16; Matius 9:32-33, 17:14-18; Kis 10:38).
Kerasukan setan melukiskan gangguan atau tekanan roh-roh jahat atas manusia (Matius 8:16; 15:22; Markus 1:32, 5:1-15). Praktek perdukunan, teluh, santet dan sebagainya termasuk yang menyebabkan penyakit bahkan kematian pada manusia. Memang penyakit tidak selalu secara langsung berkaitan dengan aktivitas roh-roh jahat, namun penting diperhatikan bahwa kesembuhan dari penyakit seringkali secara konsisten terjadi bersamaan dengan pengusiran setan dalam pelayanan Tuhan Yesus dan dalam kehidupan gereja mula-mula (Markus 1:32-34; Lukas 4:40-41, 13:32; Kis 5:16, 8:7).
2. Dosa atau melanggar Firman Allah/tidak taat.
Dalam awal penciptaan Adam dan Hawa adalah makhluk yang abadi. Bukan karena mereka tidak dapat mati, melainkan karena mereka tidak perlu mati. Tubuh manusia diperintah oleh pikirannya. Pikiran manusia diperintah oleh rohnya. Kemudian roh manusia itu diperintah dan taat kepada Allah. Dalam keadaan itu, manusia merupakan makhluk yang sempurna dimana seluruh kekuatannya, jasmaninya, jiwanya dan rohaninya memiliki keseimbangan yang sempurna, sehingga tiada lubang dimana dosa atau penyakit dapat masuk. Namun keberdosaan manusia membuatnya terpisah dari Allah dan dihukum dengan kesakitan dan kematian (Mazmur 107:17). Menjadi tua, kondisi fisik yang menurun adalah akibat dosa.
Ketidak taatan kepada Allah, pelanggaran akan firman Allah juga menyebabkan sakit penyakit pada manusia (Keluaran 15:26; 23:25). Bangsa Israel menjadi contoh nyata bagaimana sakit penyakit menyerang mereka tatkala mereka hidup tidak taat kepada Allah dan cenderung memberontak kepada-Nya.
Berkaitan dengan itu, perlu disikapi juga secara hati-hati bahwa dalam pelayanan kesembuhan ilahi terkadang ada hamba Tuhan yang berdoa bagi orang sakit, mempunyai pandangan yang menghakimi secara sepihak bahwa sakit tersebut disebabkan oleh dosa. Padahal belum tentu demikian.
3. Virus/bakteri/ kuman/jamur dll
Makhluk-makhluk bersel satu, baik jenis hewani maupun tumbuhan merupakan salah satu yang sering menyebabkan sakit penyakit bagi manusia. Sebab mereka menyerang sel-sel tubuh, organ-organ tubuh, menyebabkannya menjadi lemah sehingga membuat seseorang menjadi sakit atau menderita penyakit.
Pada zaman ini timbul berbagai macam jenis virus baru yang bersifat ganas dan menular dengan cepat sehingga menimbulkan epidemi. Beberapa jenis diantaranya belum ditemukan obat penyembuhnya. Virus-virus tersebut diantaranya adalah virus HIV, virus Ebola, virus flu burung dan sebagainya.
4. Kejiwaan
Kejiwaan adalah sisi manusia yang bersifat emosional. Di dalamnya mencakup perasaan, hati, pikiran dan segala yang berhubungan rasa dan batiniah manusia. Perasaan yang terluka tidak dapat diketahui dengan cara yang sama seperti mencari luka-luka atau memar di tubuh, meskipun kedua-duanya sama-sama nyata. Akibat dari luka-luka emosional yang dapat muncul dalam sikap dan tingkah laku seseorang adalah:
Fobia
Perasaan takut pada sesuatu hal atau keadaan tertentu.
Luka batin, depresi dan sejenisnya
Orang yang mengalami hal ini biasanya akan merasa hidupnya tidak tentram dan dihantui perasaan-perasaan tidak berdaya. Penyebab utamanya biasanya disebabkan kematian/kehilangan orang yang dicintai, pernikahan yang hancur, kegagalan dalam pekerjaan/usaha/ dagang, kecelakaan, rasa tertolak maupun perselisihan dengan sesamanya.
Pada kebanyakan kasus, hal itu dapat memicu penyakit pada fisiknya. Kesembuhan bagi jiwa merupakan prasyarat utama untuk kesembuhan penyakit jasmaniah.
5. Melanggar hukum alam
Tuhan menciptakan kehidupan dengan hukum alam yang berfungsi sebagai pengaturnya. Apabila hukum alam dilanggar maka akan dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Contoh, manusia butuh istirahat tidur rata-rata 8 jam sehari, apabila dilanggar dengan mengurangi jam tidur, suka begadang, biasanya orang tersebut akan pusing-pusing atau bisa berkembang menjadi penyakit lain seperti masuk angin dan sebagainya.
6. Dalam keadaan tidak layak menerima Perjamuan Kudus
Ada juga penyakit yang disebabkan keadaan orang tersebut yang menerima sakramen Perjamuan Kudus dalam keadaan yang tidak layak, sehingga menimbulkan hukuman, dalam arti menderita sakit penyakit (I Korintus 11:27-30).
7. Untuk kemuliaan Tuhan
Ada penyakit yang tidak dilatarbelakangi oleh sebab-sebab seperti tersebut diatas, melainkan bertujuan supaya nama Tuhan dipermuliakan (Yohanes 9:1-3). Dalam percakapan mengenai orang buta itu, murid-murid- Nya menanyakan apakah orang buta ini yang berdosa atau orang tuanya sehingga ia lahir buta? Tuhan Yesus dengan lugas menjawab bahwa hal itu terjadi supaya pekerjaan Tuhan dinyatakan padanya.
B. Pelayanan Kesembuhan Ilahi dibangun dari Firman Allah
Pelayanan kesembuhan ilahi didasarkan atas kenyataan bahwa Yesus Kristus tidak pernah berubah dahulu, sekarang dan sampai selamanya (Ibrani 13:8). Implikasi dari firman Tuhan itu jelas menyatakan bahwa kasih, kuasa dan karya-Nya bagi manusia tidak pernah berubah. Dia yang dahulu berjalan di atas muka bumi, menyembuhkan orang-orang sakit, adalah Allah yang juga menyembuhkan manusia yang sakit dan memerlukan kasih-Nya di zaman ini dan masa yang akan datang.
Kepercayaan ini menjadi dasar dari teologi dan pelayanan kesembuhan ilahi yang dipelopori oleh aliran pentakosta dan karismatik dewasa ini. Segaris dengan statement of faith dalam Ibrani 13:8 tersebut, ada aspek-aspek yang menjadi dasar bagi pelayanan kesembuhan ilahi, yaitu:
Tuhan Yesus memberi janji bahwa orang yang percaya kepada-Nya akan melakukan juga hal-hal yang Dia lakukan, bahkan yang lebih besar daripada itu (Yohanes 14:12). Janji Tuhan inilah yang menjadi pegangan setiap pelayan Tuhan, berkaitan dengan pekabaran Injil dan relevansinya dengan kesembuhan ilahi maupun demonstrasi kuasa Allah lainnya.
Janji bahwa orang percaya diberi kuasa Allah (Markus 16:15-18; Kisah Para Rasul 1:8; Yohanes 1:12) menjadi alasan lain bahwa orang percaya mendapat mandat dari Allah untuk menyaksikan kasih dan Injil-Nya kepada dunia yang terhilang ini.
Pelayanan kesembuhan ilahi didasarkan atas fakta bahwa Yesus bukan hanya telah menebus dosa manusia, tetapi juga memberi janji kesembuhan (Yesaya 53:3-5; I Petrus 2:24). Allah sanggup menyembuhkan sampai saat ini seperti Dia melakukannya dalam Perjanjian Baru.
Mengapa Allah memberikan kesembuhan ilahi:
Karena Dia penuh belas kasih kepada manusia
Pelayanan kesembuhan Yesus disertai dengan motivasi rasa belas kasih-Nya kepada manusia. Belas kasihan-Nya yang menjadi pendorong dalam menyembuhkan orang sakit (Matius 14:13-14)
Untuk memuliakan diri-Nya
Kerap di dalam Alkitab dinyatakan bahwa kesembuhan diberikan agar nama Tuhan dipermuliakan (Yohanes 11:4). Hal yang sama terlihat dalam pernyataan Tuhan Yesus kepada Marta berkaitan dengan mujizat kebangkitan yang dilakukan-Nya terhadap Lazarus (Yohanes 11:40). Alasan ini juga terlihat tatkala Petrus menyembuhkan orang lumpuh di Bait Allah (Kisah Para Rasul 3:1-13).
Allah menyembuhkan sebagai respon atas iman manusia
Seorang wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun disembuhkan karena ia beriman “Asal kujamah saja jubah-Nya aku akan sembuh” (Matius 9:20-22). Seorang perempuan Kanaan anaknya disembuhkan karena ia beriman (Matius 15:21-28). Orang lumpuh disembuhkan Paulus karena ia menunjukkan iman percaya juga (Kisah Para Rasul 14:8-10).
Allah menyembuhkan karena Ia sendiri memberi janji kesembuhan
Alkitab menulis bahwa Allah sendiri menjanjikan memberikan kesembuhan kepada orang yang percaya dan datang kepada-Nya. Kuasa kesembuhan itu diberikan kepada gereja-Nya. Bila ada orang yang sakit, Alkitab mencatat dalam surat Yakobus agar orang itu didoakan, diolesi dengan minyak urapan, dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit tersebut (Yakobus 5:14-15).
METODE PELAYANAN KESEMBUHAN ILAHI
Alkitab mengajarkan ada berbagai metode dalam pelayanan kesembuhan ilahi. Metode itu hanyalah cara yang dipakai untuk menyatakan kesembuhan. Metode itu sendiri bukanlah penyembuh, karena kesembuhan berasal dari Allah saja. Metode lebih bersifat sarana yang dipakai Tuhan untuk memberikan kuasa kesembuhan. Dari alkitab tercatat metode yang dipakai adalah:
Perkataan. Baik melalui doa kesembuhan, memerintahkan kesembuhan, menghardik penyakit dsb. (Lukas 4:39; Kisah Para Rasul 14:9-10; Yakobus 5:15)
Penumpangan tangan (Markus 8:22-25)
Minyak urapan (Yakobus 5:14)
Penggunaan unsur-unsur alam, seperti sapu tangan, tanah liat, air liur, bahkan bayangan tubuh dapat dipakai Allah untuk menyembuhkan penyakit (Markus 7:31-35; 8:22-26; Kisah Para Rasul 5:15-16).
Selain kuasa yang secara umum diberikan kepada setiap orang percaya, berkaitan dengan pelayanan kesembuhan ilahi, Allah juga memberikan karunia Roh, yaitu karunia kesembuhan (I Korintus 12:9). Biasanya orang-orang yang mendapat karunia ini akan lebih efektif melayani doa-doa kesembuhan dan mendapat hasil yang baik. Akan tetapi kenyataan adanya karunia kesembuhan itu tidak menutup kemungkinan orang percaya lainnya tidak dapat dipakai Tuhan untuk menyembuhkan orang yang sakit, sebab kesembuhan berasal dari Dia (Allah) saja.
Peter Wagner, seorang pakar pertumbuhan gereja mengatakan bahwa karunia penyembuhan adalah kemampuan isimewa yang diberikan Allah kepada beberapa anggota dalam Tubuh Kristus untuk bertindak sebagai perantara diri-Nya dengan manusia. Melalui mereka Allah berkenan menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, terlepas dari penggunaan cara-cara alami. Satu hal yang perlu diperhatikan, kapan dan bagaimana karunia itu diberikan Allah atas seseorang, maupun cara bekerjanya dalam menyembuhkan, sepenuhnya tergantung pada kehendak Allah saja.
Contoh dari sejarah yang membuktikan efektivitas Pekabaran Injil yang disertai kesembuhan ilahi:
Dalam waktu 6 minggu, telah dibaptis 1500 orang, didirikan 7 gereja baru setelah Roberto Aguirre dari Gereja Foursquare mengadakan KKR Penginjilan & Kesembuhan ilahi di Guayaquil, Ekuador (Pertumbuhan Gereja & Peranan Roh Kudus, Peter Wagner, Gandum Mas, hlm 106).
Tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia adalah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan memberikan hidup kekal di surga kepada mereka. Dalam pemberitaan Injil-Nya, selain berkotbah dan mengajar, Yesus selalu menyembuhkan orang-orang sakit, mengadakan mujizat dan tanda-tanda heran. Semua perkara itu dilakukan-Nya untuk “memberikan bukti” bahwa Ia adalah Tuhan dan bahwa pemberitaan- Nya dapat dipercayai.
Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus memerintahkan gereja untuk pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil-Nya. Perintah itu disampaikan dengan janji bahwa Ia menyertai gereja-Nya. Penyertaan Tuhan itu berarti bahwa para pemberita Injil-Nya akan disertai dengan kuasa dari surga. Kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, membuat mujizat, mengalahkan kuasa iblis yang membelenggu manusia dan sebagainya (Matius 28:18-20; Markus 16:15-18).
Selasa, 02 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar