Pendahuluan.
Baca Ulangan 5: 6-10!
“Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku” (You shall have no other gods before me).
Ketika sepuluh perintah Allah disampaikan oleh nabi Musa kepada orang-orang Israel, perintah tersebut telah disampaikan untuk masing-masing pribadi. Karena kata “You” di dalam bahasa inggris yang dipakai disini, bukanlah kata yang ‘plural’, melainkan yang ‘singular’ (Thou). Jadi, disini Allah berbicara secara ‘personal’.
Setelah kita membaca ayat 6-7, kemudian disambung ayat 8-10, maka kita dapat simpulkan, dimana perintah tersebut mengandung dua hal:
a. Positif: Hanya ada satu Allah yang boleh kita sembah.
b. Negatif: Kita tidak boleh ‘mengasihi’ sesuatu atau seseorang dan kita tidak boleh ‘mempercayai’ sesuatu atau seseorang dan kita tidak boleh ‘takut’ kepada seseorang atau sesuatu lebih dari pada Tuhan.
Mengapa Tuhan mengatakan bahwa jangan ada padamu allah lain dihadapan-Nya?
Benarkan memang ada allah yang lain selain daripada Tuhan? Tentu tidak ada!
Bukti: Yesaya 45: 5-6, “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain,….” (tambahan 1Raja 8: 60).
Jadi, dari dua ayat tersebut, terdapat empat kali kata yang mengatakan tidak ada yang lain, di muka bumi ini, selain daripada Allah.
Kalau tidak ada allah yang lain selain dari pada Tuhan, kenapa Tuhan memperingatkan orang-orang Israel supaya jangan ada pada mereka allah lain?Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, dan diusir dari Taman Firdaus, maka sejak saat itu dalam diri manusia ada rasa tertolak, dengan demikian manusia cenderung untuk membuat allah lain bagi dirinya masing-masing. Hal ini dapat kita lihat dari surat rasul Paulus dalam 1Korintus 8: 4-6,
“Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.” Sebab sesungguhnya ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi-dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian- namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”
Jadi, segala sesuatu yang menggantikan Tuhan dalam hidup seseorang, disebut ‘allah’ lain.
Didalam dunia modern sekarang ini, terdapat tiga macam allah yang manusia cenderung buat bagi dirinya:
I. Allah Materi
Di zaman modern ini, yang namanya ‘Materi’ adalah hal yang tidak asing lagi bagi kita, baik dikalangan orang Kristen maupun orang yang non-Kristen.
Khususnya di negera yang sedang berkembang, materi merupakan suatu target untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat, dan sekaligus merupakan medium untuk membangun jati- diri yang rendah. Oleh sebab itu, di Negara yang sedang berkembang, factor kemanusiawian itu sangat rendah, dalam arti, dimana orang-orang membangun kekayaannya diatas kesengsaraan orang lain. Hampir setiap orang, terutama, didalam pemerintahan, memacu untuk beroleh kekayaan sebanyak mungkin. Tidak perduli ia beragama atau tidak, bahkan orang –orang Kristen-pun terjerat dalam materi.
Pada setiap iklan (advertising), selalu ditayangkan sesuatu yang kesimpulannya adalah, apabila kita memiliki barang tersebut, maka kita akan bahagia.
Apa benar yang kita kejar kebahagiaan?
Coba saya ralat kesalahan dari iklan yang ditayangkan:
• Prioritas kita sebagai orang Kristen bukan kebahagiaan, melainkan kekudusan. Kita dipanggil untuk hidup kudus (Ibrani 12:14) bukan untuk hidup bahagia. Kebahagiaan itu merupakan bonus dari prinsip hidup yang kita miliki. Kerinduan kita, sebagai orang Kristen, bukan membuat diri kita bahagia, melainkan membuat Tuhan bahagia (Zefana 3: 17).
• Barang tidak akan membuat seseorang bahagia. Kalau orang tersebut bahagia karena factor materi, itu hanya ilusi belaka. Baca Pengkotbah 5: 9-12!
Manusia tidak akan pernah puas dengan sesuatu yang dimilikinya.
Tidak salah memiliki materi. Tetapi Alkitab mengajarkan kita untuk mengasihi Tuhan dan manusia terlebih utama. Kita bisa memakai materi untuk memberi kepada Tuhan dan manusia sebagai salah satu manifestasi kasih kepada Tuhan dan manusia (Lukas 16: 9).
Jadi, apabila kita mengejar materi sebagai target dan prioritas dalam hidup, kita sedang membangun allah lain di hadapan Tuhan. Kita mengeserkan posisi Tuhan yang seharusnya prioritas hidup kita, dan menggantikan materi sebagai prioritas hidup kita.
Baca 1Yohanes 2: 15-17!
II. Allah Sekuler
Kata ‘Sekuler’ merupakan kata yang netral. Oleh sebab itu, pada umumnya pemimpin negara yang sudah maju, bersifat netral dalam hal agama.
Contoh: John Howard & George Bush.
Kata ‘sekuler’ dalam filosofi Yahudi berarti tidak bergantung sama sekali kepada Tuhan. Sekalipun kita sebagai orang Kristen, tidak jarang kita selalu terjebak dalam filosofi dunia (berasal dari Yunani) dengan memakai kata sekuler. Seumpamanya, pekerjaan sekuler (bekerja, karier, usaha, guru, dll.). Padahal sebagai orang Kristen kita tidak pantas memakai kata sekuler, melainkan segala sesuatu yang kita kerjakan itu ‘kudus’ di hadapan Tuhan. Ingat dalam kitab Kejadian, diceriterakan, dimana setelah Allah menciptakan manusia (Adam), Ia menempatkan manusia itu di Taman Firdaus, dan memberikan sebuah tanggung jawab kepadanya, yaitu memelihara Taman tersebut. Allah tidak memberikan Adam tanggung jawab sebagai Priest (pendeta, rohaniawan), melainkan sebagai pemelihara taman.
Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari itu kudus dihadapan Tuhan, dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan beribadah kita kepada Tuhan. Dengan kata lain, pekerjaan sehari-hari itu merupakan sebuah manifestasi ibadah kita kepada Tuhan.
Nah, karena banyak orang memakai kata sekuler sebagai pekerjaannya sehari-hari, maka sadar tidak sadar, kita selalu mengandalkan kekuatan sendiri untuk beroleh keberhasilan. Kita tidak lagi mengandalkan Tuhan dalam pekerjaan sehari-hari. Kita memisahkan pekerjaan, karier atau usaha kita dari Tuhan. Kita lebih mengandalkan pengetahuan, pendidikan, pengalaman, hightech, dan lain sebagainya, untuk mengantarkan kita kepada keberhasilan (dari karier kita). Itu yang disebut allah lain dihadapan Tuhan.
Jadi, apabila kita mengejar karier atau usaha sebagai target dan prioritas dalam hidup, kita sedang membangun allah lain di hadapan Tuhan. Kita mengeserkan posisi Tuhan yang seharusnya prioritas hidup kita, dan menggantikan karier sebagai prioritas hidup kita.
Baca Yesaya 31: 1, Yeremia 9: 23-24!
III. Allah Ketakhyulan
Dalam zaman modern sekarang ini, ada sekelompok orang-orang yang masih tetap percaya kepada takhyul. Menurut kepercayaan mereka, apabila seseorang telah meninggal dunia, maka beberapa hari kemudian, roh orang mati tersebut akan kembali.
Ceriterakan 2 hal mengenai takhyul!
Takhyul itu sebenarnya tidak membahayakan. Tetapi, kepercayaan kepada takhyul dapat membangkitkan rasa takut dalam diri seseorang, yang akhirnya membawa orang tersebut untuk memuja berhala (seperti kuburan, pohon, dsb. disembah). Jadi, orang –orang tersebut cenderung menyembah segala yang berbentuk kramat.
Jadi, apabila kita memiliki rasa takut terhadap seseorang, atau roh-roh takhyul, maka kita sedang membangun allah lain di hadapan Tuhan. Seharusnya kita memiliki rasa takut kepada Tuhan bukan kepada orang lain atau roh-roh takhyul.
Baca Lukas 12: 4-5!
Konklusi:
Mari kita simpulkan dua hal, yaitu perintah mengasihi Tuhan Allahmu sebagai prioritas hidup, mengandung hal,
Positif: Hanya ada satu Allah yang boleh kita sembah. Tidak ada yang lain.
Negatif: Kita tidak boleh ‘mengasihi’ sesuatu atau seseorang dan kita tidak boleh ‘mempercayai’ sesuatu atau seseorang dan kita tidak boleh ‘takut’ kepada seseorang atau sesuatu lebih dari pada Tuhan.
Apabila kita mengasihi materi, uang atau seseorang lebih dari pada Tuhan, dan apabila kita mempercayai karier sebagai security atau seseorang lebih dari pada Tuhan, dan apabila kita takut kepada hal-hal yang tahkyul atau seseorang lebih dari pada Tuhan, kita sedang menyembah allah lain.
Senin, 19 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar